Selasa, 28 Juli 2015

Socrates dan Bintang ( beda di bawah restu) bab II.

Disebuah pantai yang sedang menunggu senja. Laut berombak tenang menunggu dengan sabar tenggelamnya matahari yang memberikan pertunjukan warna yang indah. Burung-burung laut bergerombol pulang dari kantornya menuju rumahnya. Para nelayan perahu tanpa lampu juga sudah bersandar di pasir putih.
Socrates dan Bintang sedang berada di tengah-tengah pertunjukan. Namun suasana pantai yang indah tidak dapat menurunkan suasana tegang diantara keduanya. Mereka memperbincangkan diri mereka sendiri. Keduanya mengajukan tanya akan kepastian hubungan mereka. Dan haruskah seperti apa untuk menyatukan perbedaan.
“ Socrates. Jika kau memang cinta padaku. Maka cintailah pula segala apa yang ada pada diriku. Termasuk keyakinan yang aku anut. Jika kau ingin menikahiku maka nikahilah aku segera?” ucap bintang sambil berdiri memandangi lautan.
“ sabar bintang” ucap Socrates yang berdiri lebih maju sambil melemparkan bebatuan kecil kelaut.
“ aku butuh kepastian darimu Socrates. Kamu mencintaiku kan?”
“aku mencintaimu Bintang. aku sangat mencintaimu?” socrates berjalan mendekati bintang lalu duduk disampingnya. Bintang ikut duduk disamping Socrates. Dan mereka saling memandang dengan wajah yang penuh tanya.  Lalu Bintang berdiri dihadapan Socrates melantunkan sebuah puisi.

Aku dan kamu berdiri pada kelembutan
Pada pertunjukan kolosal alam senja.
Memandangi tarian para perahu nelayan.
Di hibur oleh ombak yang bernyayi pelipur lara.

Aku ingin kau memandangi langit barat.
Matahari yang perlahan merapat.
Menghadiri sebuah isyarat.
Akan malam yang bernilai karat.

Sebelum malam itu melahap sinar dan memunculkan sinar baru.
Aku ingin berkata pada bulan.
Aku adalah bintang.
Yang menemaninya setiap malam.
Dan hilang bersamanya pada kehabisan malam.

Socrates tersenyum memandangi Bintang yang membacakan sebuah puisi yang memberikan arti yang dapat di tafsirkan oleh Socrates. Socrates lalu berdiri dan menghampiri Bintang. memegang  tangan bintang dengan lembut.
“Aku mencintaimu bintang, aku ingin menikahimu. Aku tahu Kita adalah ibarat bulan dan bintang. kita memiliki perbedaan yang mencolok. namun sebuah pernikahan tidak hanya membutuhkan cinta. Tapi persetujuan dari kedua belah pihak. Dan semuanya butuh proses. Bagaikan pertunjukan matahari yang kita saksikan saat ini. Semuanya perlahan dan butuh kesabaran. Dan aku ingin kamu bersabar bintang?”
“ Socrates, aku ingin kamu segera memberikan aku kepastian. Bulan ini ayah dan ibu harus ke Jerman. Dan aku tidak tahu sampai kapan. Aku tidak punya pilihan untuk tinggal selain kamu. Dan itu tidak akan kuat. Jika kamu belum menikahiku?”
“baiklah.” Namun Socrates belum yakin dengan pilihannya.
Mereka berpegangan tangan sambil memandangi matahari yang secuil saja sudah akan tenggelam.


Pada malam yang lain, hajji nurdin setelah memimpin sholat berjamaah membuka sebuah diskusi tentang keagamaan. Diskusi tersebut berjalan dengan hikmat. Beberapa pertanyaan dari para jamaah dijawabnya sesuai dengan tuntunan Al-qur’an dan assunnah. Namun sampai pada pertanyaan terakhir hajji Nurdin terdiam dan lama tak bisa menjawab pertanyaan seorang jamaah.
“bagaimana pandangan kyai, mengenai pernikahan beda agama. Apakah pernikahan itu sah atau tidak”
Dalam kepala hajji Nurdin. Ia teringat dengan anaknya Socrates. Harus kah ia menjawab tidak. Jika tidak maka ia harus berpegang pada ucapannya. Jika ia maka ini akan menimbulkan kontroversi sedangkan hatinya mengatakan tidak. Maka ditengah kebingungan itu hajji Nurdin mendapatkan jawaban yang lain.
“ sebaiknya untuk menikah. Dua insan harus memiliki banyak persamaan. Yakni sama visi kehidupannya. Sama akhlaknya, sama kualitas dan kuantitas hartanya dan pendidikannya, sama pula pada budayanya, dan sama keyakinanya. Karena jika pernikahan terlalu banyak perbedaannya atau terlalu besar perbedaannya maka akan sangat rentan pernikahan itu berujung pada perceraian dan ketidak pastian pada keturunannya.”
Jawaban itu menurut hajji Nurdin, tidak memberikan jawaban ia juga tidak memberikan jawaban tidak. Tergantung bagi penerima jawaban tersebut.
Disikusi tersebut berakhir begitu waktu sholat Isya berkumandang. Dan hajji Nurdin kembali memimpin sholat berjamaah. Begitu sholat selesai didirikan hajji Nurdin berjalan cepat namun tanpa buru-buru karena kaki hajji Nurdin tidaklah sekuat saat ia masih berusia muda.
Apa yang membuatnya berjalan cepat?. Hajji Nurdin ingin segera kembai kerumah. Dan ingin segera mendengar jawaban dari anaknya. Dan benar saja Socrates sudah menunggu ayahnya di teras rumah.
“Assalamu alaikum?” hajji Nurdin mengucapkan salam.
“walaikum salam ayah” Socrates berdiri menyambut kedatangan ayahnya dan mencium tangannya.
“kamu sudah lama sampai?”
“baru saja Ayah”
“kalau begitu kita makan dulu. Adikmu Nabila sudah masak. Katanya spesial untuk kakaknya”
“oh yah. Kalau begitu mari ayah”
“Nabila” hajji Nurdin memanggil dengan lembut. Tidak usah keras. Karena rumah mereka tidak terlalu luas.
Dari dapur seorang gadis remaja membuka Gorden. Gadis remaja berhijab dan cantik. Socrates tahu itu adalah adiknya. Namun Socrates kaget begitu ia memasuki ruang makan. Ia melihat gadis yang lain. Berhijab dan lebih cantik dari pada adiknya. Socrates terpana, terpana bukan karena jatuh cinta, namun baru pertama kali ini ia mendapati seorang gadis lain berada di ruang makannya.
“kakak sudah lama diteras” Nabila membuyarkan lamunannya.
“ia.” Hitungan lima detik baru socrates menjawabnya.
“kakak kok gak beri salam sih?”.
“kan kakak belum masuk rumah. Kakak sebenarnya mau memberikan kejutan bagi Nabila. Tapi kayaknya Nabila yang memberikan kakak kejutan. Baru kali ini Nabila memasak masakan yang kelihatannya enak?”.
“ pasti enak dong Kakak. Kan ada kak Rafiqah yang bantuin Nabila”.
Gadis bernama Rafiqah itu tersenyum manis. Dan Socrates pun tahu gadis ini adalah cara ayah agar Socrates dapat melupakan Bintang.
“ oh iyah kak Rafiqah, kenalin ini kakak saya. Namanya Socrates, namanya sih kedengaran aneh. tapi orangnya di jamin tidak aneh. dia suka sekali membuat puisi. dan puisi cintanya itu begitu indah. Tapi kebanyakan puisinya itu tidak bisa di mengerti. Kakak aku ini tinggalnya di apartemen. Dia seorang dosen sekaligus pengusaha lukisan dan....” Nabila baru saja mau melanjutkan deskripsinya namun batal setelah mulutnya di sekap oleh Socrates.
“ Adik aku ini memang cita-citanya ingin menjadi presenter. Jadi cerewetnya bukan main”
“ah kakak bisa aja”
“semuanya sudah siap” hajji Nurdin ikut masuk keruang makan.
“Siap Ayah” ucap Nabila.
“kalau begitu kita makan sama-sama, Rafiqah kamu ikut makan yah.?”
“tidak usah kyai, Rafiqah sudah makan di rumah”
“beda dirumah rafiqah beda pula di rumah kyai.”hajji Nurdin Tahu bahwa gadis ini hanya malu saja.
“maaf Kyai tapi saya benar-benar sudah kenyang.” Namun Rafiqah tetap kekeh mempertahankan wibawanya.
“baiklah kalau begitu,tapi Rafiqah jangan pulang dulu. Tunggu kyai dan Socrates makan dulu?”
“baiklah Kyai”
“Nabila kamu temanin dulu rafiqah di depan”
“iya ayah?”
Makan malam mereka di mulai dengan mengambil sesiung nasi dan beberapa sendok sayur. Permulaan makan malam itu diwarnai suasana yang khitmat. Socrates tidak lah berani memulai perbincangan padahal ada beribu tanya dan menjadi juta tanya begitu seorang gadis bernama Rafiqah muncul di hadapannya. Namun di tengah kebisuan itu hajji Nurdin memulai pembicaraan.
“kamu tidak mengenali gadis tadi?”
“baru kali ini aku melihatnya ayah”
“kamu tidak sadar bahwa dia itu anak gadis dari kyai idolamu”
“dia anak gadis kyai Ambo dalle yang penghafal Al-Qur’an itu ayah”
“benar. Dia seorang gadis penghafal Al-Qur’an dan seorang dokter”.
Socrates kaget mendengar perkataan ayahnya.
“oh yah.”
Hajji Nurdin sebenarnya ingin melanjutkan perbincangan kearah yang lebih serius dan sensitiv. Namun hajji Nurdin takut seandainya Socrates tersinggung dan akhirnya memutuskan untuk berhenti makan maka itu akan merusak suasana. Hingga makan malam itu kembali mengalami kebisuan setelah Socrates juga berpikir yang sama dengan ayahnya. Keduanya tidak ingin merusak suasana dan menyinggung satu sama lain.
Dan akhirnya makan malam itu selesai. Socrates beranjak dari tempat duduknya begitu ayahnya beranjak duluan. Socrates melihat ayahnya berjalan keruang tamu. Dan socrates mengikut dibelakangnya. Mereka berbincang bersama-sama. Berempat bersama pula dengan Nabila yang selalu saja ceplas ceplos. Socrates hanya tertawa kecil melihat tingkah adiknya. Perbincangan di ruang tamu ini sudah berjalan sepuluh menit. Dan perbingan tidak pernah menyinggung masalah yang serius. Sampai ada suara lelaki yang meminta salam.
“Assalamu alaikum kyai”
“walaikum salam, kalau begitu saya tinggal dulu kalian. Ayah dan pak Burhan harus menghadiri acara barzanji ”.
“kalau begitu saya juga mau pulang Kyai?” ucap Rafiqah yang berdiri meminta izin.
“oh kok cepat sekali. kalau begitu bairkan Socrates dan Nabila yang antar kamu pulang nak,”
“biarkan kami yang antar kamu pulang Rafiqah. Tamukan adalah raja.”
Rafiqah menjawabnya dengan senyuman. Dan itu adalah jawaban lain selain ia.
“Nabila kalau begitu kamu siap-siap. Nak Rafiqah saya pergi dulu ucapkan salam saya sama abi mu.”
“iya kyai”
Disela waktu nabila bersiap-siap. Socrates dan Rafiqah berbincang sebentar diteras rumah. Mereka berdua membeicarakan sesuatu yang ringan-ringan saja. mereka berusaha saling mengenal dan Socrates mulai tertarik untuk mengenal jauh labih dalam gadis ini. Tapi wajah Bintang selalu saja hadir di hatinya. Dan itu membuatnya semakin kebingungan.
“ kata Nabila. Kamu adalah lulusan Filsafat?”
“iyah benar”
“ada yang aku ingin bicarakan mengenai Filsafat. Boleh kita bertemu lagi”
“ aku juga ingin banyak belajar dari seorang penghafal Al-Qur’an, dan saya harap kita bisa saling belajar”.
“terima kasih”
“baiklah ayo kita berangkat kakak?” nabila muncul dari dalam rumah menghabiskan percakapan yang singkat namun sudah memberikan sesuatu rasa penasaran yang ingin mereka ungkap.

Akan hadir cinta segitiga yang bercabang. Dan kata “Tiga” selalu memberikan rumusan masalah yang sulit untuk di selesaikan. Antara Socrates, Bintang dan Rafiqah. Tiga cinta, tiga dunia dan tiga  hati. Munculnya Rafiqah akan memberikan putusan yang sulit bagi Socrates. 

Minggu, 26 Juli 2015

Cerpen Socrates dan Bintang. (beda dibawah naungan restu)




Dasar kafir. Dasar manusia kafir.”
Sebuah ucapan, makian yang melukai hati siapapun yang ditujunya. Itulah yang terjadi pada diri H. Nurdin. Seorang lelaki paruh bayah yang dulunya adalah tokoh masyarakat yang dihormati oleh masyarakat Bontojai. Namun karena pilihan yang dipilihnya pada keputusan berat yang harus di putuskannya. Hajji Nurdin harus menerima makian yang bertubi-tubi datang dari mulut masyarakat sekitarnya. Tetangga yang dulu selalu tersenyum padanya. Kini memberikan tatapan sinis kearahnya. Saudara-saudara yang seharusnya memberikan perlindungan kini menutup semua pintu rumahnya dari kedatangan Hajji Nurdin. Amat pedih cobaan yang harus diterima oleh hajji Nurdin.  Keputusan apakah yang di buatnya sehingga ia harus dihujani caci dan makian?.
Beberapa tahun silam. Hajji Nurdin hidup bahagia bersama keluarganya. Sebelum datang cobaan datang menimpanya. Hajji Nurdin adalah seorang alim yang sering memberikan nasihat yang bijak kepada masyarakat Bontojai. Ia begitu dihormati. ketika ada sebuah masalah yang terjadi di masyarakat Bontojai. Hajji Nurdin sering memberikan jalan keluar yang cerdas. Ketika terjadi konflik antar masyarakat. Hajji Nurdin seringkali menjadi hakim yang memberikan keputusan yang berkeadilan dan berkesusilaan.
Hajji Nurdin yang adalah seorang terpelajar lulusan kairo. Memang layak menjadi bunga yang harum bagi masyarkat bontojai. Kehadirannya di tengah masyarakat bontojai bagai sebuah mata air yang menyejukkan. Setidaknya itulah majas yang bisa digambarkan akan penghormatan masyarakat bontojai kepadanya sebelum keputusan yang akhirnya merubah semua persepsi akan dirinya.
Hajji Nurdin memiliki seorang anak lelaki yang tampan. Anak itu bernama Socrates. Lengkapnya Muhammad Socrates. Muhammad socrates adalah pemuda yang mewarisi kesopanan ayahnya. Ia adalah pemuda yang sangat menjunjung tinggi kebebasan hak. Sangat menghargai yang namanya toleransi. Ia yang adalah mahasiswa Filsafat sangat sadar akan kebijaksanaan. Semua bibit kecerdasan emosional dan intelektualnya adalah hasil pupukan dari ayahnya.
Karena socrates menjunjung tinggi kebebasan. ia menerima semua lamaran pertemanan tanpa memandang bulu. Kaya dan miskin, baik dan buruk, beragama atau tidak beragama bahkan manusia atau bukan manusia menjadi daftar teman yang diajaknya berinteraksi. Semua jenis buku dibacanya. Buku kiri, kanan dan tengah dibacanya setiap hari. Dan socrates menaruh perhatian besarnya kepada sastra. Ia cinta dengan puisi. Penyair yang di kaguminya adalah Gunawan Muhammad dan Jalaluddin Rumi. Socrates seringkali hadir membacakan puisinya di pentas seni kampus ataupun umum. Meski puisinya seringkali tidak mendapatkan timbal balik dari pendengarnya. Hanya ada segelintir orang saja yang bertepuk tangan untuknya. Karena memang puisi yang ditulisnya adalah puisi yang berbahasa filosofis transendental.
KUTANYA MALAM
“MALAM APAKAH KAU MALAM?”
KUTANYA SIANG
“SIANG APAKAH KAU SIANG?
KUATANYA BULAN DAN MATAHARI
APAKAH KAU BULAN DAN MATAHARI
JIKALAU KAMU MEMANG KAMU
MENGAPA KAU MALAM, SIANG , BULAN DAN MATAHARI.
Itu adalah salah satu karyanya. Puisi yang filosofis. Puisi yang hanya dapat dikonsumsi bagi yang memahami dirinya. Yakni seorang yang memiliki keautentikannya sendiri.
Suatu saat ketika ia baru saja membacakan puisinya pada pentas seni kota. Seorang gadis yang sopan tersenyum malu-malu kearahnya. Gadis itu cantik bermata sayu dengan rambut panjangnya yang dibiarkan terurai. Ia berjalan mendekati socrates. Dan socrates tahu akan hal itu. Demi menghormati gadis itu. Socrates lebih dulu melangkahkan kakinya mendekati gadis tersebut. sehingga mereka saling mendekat dan terjadilah percakapan pertama antara mereka berdua.
“ Assalamu alaikum” ucap socrates dengan sopan.
Gadis itu diam saja mendengar salam dari Socrates. Socrates yang tahu bahwa salam selain wajib menjawabnya. Menjawab  salam menjadi tanda bahwa interaksi bisa dilanjutkan.
“anda tidak ingin menjawab salam saya nona?” tanya Socrates tanpa menghilangkan kesopanannya.
“ mengapa saya harus menjawabnya?” gadis itu kembali bertanya juga dengan sopan.
“ saya telah mendoakan keselamatan bagi Anda. Sekiranya jika anda peduli pada saya. Saya berharap anda juga mendoakan saya?” jelas Socrates
“ kalau begitu aku menjawabnya dengan om suwasti wastu. Apakah itu bisa menjawabnya?” gadis itu tersenyum manis.
Mendengar jawaban itu Socrates tertawa kecil. Dan ia sudah tahu gadis ini menganut agama yang berbeda dengan agamanya.
“ itu juga jawaban nona. Tapi ada baiknya merpati dipasangkan dengan merpati. Bukan merpati dipasangkan dengan rajawali. Jawab dari Assalamu alaikum adalah walaikum salam. Ada baiknya seperti itu nona.” Jawab Socrates
“baiklah walaikum salam.” Gadis itu tersenyum lagi.
“ karena nona sudah menjwab salam saya. Maka percakapan bisa kita lanjutkan nona. Apa ada yang bisa saya bantu nona”.
“aku suka dengan puisi kamu?”
“oh yah. Terima kasih. Nona suka puisi yang mana?”
“ aku suka semua puisimu yang filosofis, sangat unik dan dalam”
“nama anda siapa nona. Jarang ada seorang gadis yang menyukai puisiku?”
“ Bintang, Bintang Nibbana”
Sejak saat itu. Socrates menjalin hubungan pertemanan yang erat. Antara yang dikagumi dan yang mengagumi. Namun lama kelamaan mereka saling mengagumi. Dan jika dua insan telah berada pada garis tali saling mengagumi maka muncullah simpul – simpul cinta yang menghubungkan keduanya.
Socrates dan Bintang menuju pada tahap selanjutnya yakni saling menguatnya simpul cinta itu hingga tak lagi dapat dipisahkan. Mereka menjauhkan segala perbedaan mencolok antara mereka berdua. Perbedaan keyakinan, perbedaan iman, perbedaan budaya, dan perbedaan Agama. Namun pepatah cinta mengatakan. Cinta adalah penghubung bagi segala perbedaan. Dan pepatah inilah mereka pegang erat-erat.
Pada hari yang baru saja tenggelam. Waktu magrib baru saja berlalu. Sebuah motor bebek tua berhenti di depan rumah gedongan yang besar dan mewah. Di gerbangnya ada ukiran ukiran candi. Didepan gerbang itulah Socrates memarkirkan motornya. Ia hendak bertamu ke rumah Bintang. dan betul saja. Bintang keluar dari pintu dan menyambut kedatangannya dengan senyumannya yang paling manis.
“ silahkan masuk, kamu sudah di tunggu oleh ayah dan ibu”
Sebelum mamasuki pintu, Socrates mengucapkan salam. Bintang menjawabnya dengan jelas namun kedua orang tuanya menjawab dengan suara yang pelan. Mereka memberikan wajah yang serius. Melihat hal itu Socrates memberikan senyuman pahitnya.
“silahkan duduk” Ayah bintang mempersilahkan Socrates.
“terima kasih pak” socrates membungkuk sedikit lalu duduk dihadapan kedua orang tua Bintang. yang seolah menjadi pewancara bagi seorang pelamar kerja. Dan memang posisi Socrates saat ini adalah ingin menunjukkan keseriusan dirinya untuk menjalin hubungan dengan Bintang.
“ ayah jangan terlalu serius begitu dong. Lihat wajah Socrates dia jadi ketakutan” sahut bintang yang berdiri dibelakang Socrates.
“oh yah. Apa saya membuatmu takut Socrates” ucap ayah Bintang, kali ini dengan wajahnya yang santai.
“tidak pak. Saya cuman agak kikuk. Karena baru kali ini saya bertemu langsung dengan bapak.”
“oh iyah ayah. Socrates ini mengagumi Ayah. Dia suka dengan buku-buku Ayah?”.

ayah Bintang adalah seorang dosen, tokoh agama dan penulis. Memiliki banyak buku yang mengangkat persoalan agam
anya dan ada beberapa yang berbicara tentang Filsafat. Namanya cukup terkenal dikalangan intelektual.
“ oh yah kamu suka dengan buku yang mana.?”
“saya suka buku tentang filsafat Budhisme. Buku tentang sejarah Budha. Dan menjadi Budha Buku-buku bapak sangat berkualitas”
“ dan puisi-puisi kamu juga menarik Socrates. Jarang ada penyair yang mengangkat tema filosofis”
“terima kasih banyak pak”
“Bintang, kamu kebelakang sana. Bantu ibu siapin makan malam”
“iya ayah” Bintang dan ibunya berjalan meninggalkan ayahnya dan Socrates. Dan Socrates mengerti bahwa ini adalah tanda bahwa akan terjadi percakapan serius diantara mereka. Dan benar. Ayah Socrates memulainya.
“ Socrates. Bapak mau tanya, Apakah kamu mencintai Bintang?”
ia pak. Socrates sengaja menjawab dengan sangat singkat. Karena ia berpikir. Bahwa keseriusan untuk mencintai hanya bisa di nilai lewat perbuatan. Namun itu bernilai terbalik bagi ayah Bintang. Mendengar jawaban dari Socrates. Ayah Bintang, memicingkan matanya diikuti dengan kerutan didahinya. Sebuah desahan memberikan tanda bahwa ayah bintang meragukan cinta dari Socrates.
“kamu harus tahu Socrates. Cinta itu bisa padam, dan cinta itu ibarat tanah yang harus terus menerus menerima beban dari kaki kaki makhluk. Tanah itu bisa hancur jika terlalu basah. Dan tanah itu akan kuat jika ia telah menjadi batu. Saya harap cintamu kepada bintang menjadi batu. Hingga kuat menerima beban”
“ ia pak”
“namun apakah kau sudah tahu beban apa yang yang paling berat yang bisa menghancurkan cintamu?”
“ saya sadar. Bahwa beban yang harus kami pikul. Adalah beban perbedaan Agama. Namun kami yakin. Kami akan sanggup menghadapi hal tersebut”
“ tidak Socrates. Kamu tidak akan sanggup.”
“Saya akan sanggup pak” Socrates bersikeras.
“untuk mengatakan Sanggup, tidak cukup pada dirimu saja. bapak tahu kau sanggup. Tapi bagaimana dengan Bintang, kami, dan bagaimana kau akan menyanggupi Ayah, ibu, keluargamu dan tetangga-tetanggamu. Agamamu melarang betul dengan hal ini. Sebelum kamu benar-benar mengatakan siap. Bicarakanlah hal ini dulu pada keluargamu. Tapi pelan-pelan. Saya merestui hubungan kamu dengan bintang untuk saat ini. Tapi jika kau ingin menikahi bintang. nikahi dulu keluargamu.”
Mendengar nasihat yang bijak dari Ayah Bintang. Socrates menyadari akan apa yang tidak di sadarinya. Dia menyadari bahwa tidak semua kepala sama dengan isi kepalanya. Socrates yang menganggap kebebasan adalah hak bagi semua manusia tidak sejalan dengan yang lainnya.
Acara makan malam itu memberi pelajaran yang berarti bagi Socrates. Dan ia pulang dengan kepala tegap.
“Saya pulang dulu Bintang”.
Socrates tersenyum ke Bintang. Bintang juga membalas tdengan senyumannya yang lebar. Namun ia belum tahu ada beban berat dibalik senyuman Socrates. Senyuman kebingungan.

Tiga hari sudah. Socrates memikirkan eksistensi hubungannya dengan Bintang. Ia sudah punya nyali untuk berbicara dengan ayahnya yang tercinta. Namun ia masih belum tahu bagaimana cara yang tepat untuk berbicara dengan ayahnya. Socrates tahu betul ayahnya adalah seorang yang bersahaja dan bijaksana. Ayahnya pasti akan memberikan jalan keluar baginya. Seperti masalah-masalah yang seringkali di hadapinya. Ayah Socrates selalu memberikan jalan keluar. Namun kali ini lain. Socrates sudah menduga-duga dan ia takut kalau dugaanya itu terbukti benar. Dugaan. Bahwa ayahnya akan berucap “ nak, mengapa kau harus memilih perempuan yang berbeda agamanya. Padahal banyak perempuan salihah yang sama agamanya denganmu”.
Socrates berpikir panjang lagi. Ia duduk termenung diteras rumahnya. Memandangi bintang dan bulan. Beserta langit gelap. Dalam keresahanya itu ia dihampiri oleh seorang lelaki paruh bayah yang bersahaja. Yang tak lain adalah ayahnya.
“Socrates sini kamu duduk di samping ayah.” Socrates menoleh dan ia menuruti kata ayahnya.
“kamu sedang ada masalah. Ceritalah pada ayah. Sebuah masalah bisa kita selesaikan dengan musyawarah”.
“tidak ayah. Socrates tidak punya masalah. Socrates baik-baik saja Ayah.”
“Ayah ingatkan sekali lagi. Kadang ada masalah yang tidak bisa diselasaikan sendiri. Dan ada masalah pun jika di pendam akan menjadi masalah yang lebih berat. Ceritakan pada ayah apa masalahmu”.
Socrates tidak lagi dapat kekeh memendam masalahnya. Dan ia akhirnya membeberkan masalahnya pada Ayahnya.
“aku mencintai seorang gadis. Dan aku ingin menikahinya ayah?”
“alhamdulillah. dan masalahnya di mana nak?”
“aku ingin menikahi seorang gadis dari agama lain?” Socrates jelas mengucapkan kalimat tersebut.dan ia siap mendengar penolakan dari ayahnnya.
Mendegar pernyataan anaknya.hajji Nurdin memberikan mimik wajah yang dingin. Hajji Nurdin terdiam cukup lama. Ia sedang memikirkan jawaban yang paling tepat dari jawaban  anaknya. Ia sedang menyusun kalimat yang paling pantas untuk di ucapkannya. Kalimat yang paling halus yang dapat di dengar oleh anaknya. Dia tahu tindakan anaknya adalah di luar dari kuasanya. Ini masalah cinta. Dan hajji Nurdin sadar. Cinta sering kali menghadirkan masalah yang rumit untuk di selesaikan.
“ gadis itu beragama apa?”
“Budha ayah?”
“bagaimana akhlaknya?”
“berakhlatul karimah ayah”
“bagaimana keluarganya”
“terhormat ayah”
“bagaimana hartanya”
“insyaallah Halal Ayah”
“bagaimana fisiknya”
“dia gadis yang cantik ayah?”
“Apakah kecantikan itu yang membuatmu jatuh cinta?”
“Tidak Ayah. Sesungguhnya banyak yang lebih cantik dari dirinya. Namun tidak yang lebih berakhlak dari dirinya.”
“kau sudah membandingkannya dengan gadis yang lain?”
“belum Ayah.”
“apa kau tertarik untuk membandingkannya dengan gadis yang lain?”
“tidak ayah. Socrates sudah mempertimbangkan segalanya. Dia yang paling terbaik bagi Socrates.”
“apa dia bersedia mengganti agamanya demi dirimu?”
“aku belum membicarakannya?”
“bicarakanlah dulu. Dan saya harap kamu jangan membelot dari syahadatmu.?”

“baiklah ayah?”

Minggu, 19 Juli 2015

Tangan

TANGAN

M’r



RAIH TANGAN INI JIKA ENGKAU MEMANG YAKIN.
GENGGAM TANGAN INI JIKA ENGKAU MEMANG SIAP.
GIRING TANGAN INI KEDALAM HATIMU JIKA DIRIMU MEMANG PEDULI.
TADAHKAN TANGAN INI JIKA ENGKAU MEMANG SUDAH PASRAH.
AMINKAN TANGAN INI JIKA ENGKAU MEMANG SUDAH KUAT.
JABAT TANGAN INI JIKA ENGKAU SUDAH MEMUTUSKAN.
MAKA DENGAN TANGAN INI KUNIKAHI ENGKAU DENGAN NAMA TUHANKU.
DENGAN TANGAN INI AKU MELINDUNGIMU.
DENGAN TANGAN INI AKU MEMELUKMU.
DENGAN TANGAN INI AKU AKAN MEMBASUH AIR MATA DIPIPIMU.
DENGAN TANGAN INI KITA BERSAMA MENEMBUS PERBEDAAN.

cahaya jelas pada kegelapan.

CAHAYA JELAS PADA KEGELAPAN
m'r





DI SINI AKU SENDIRI.
PADA MALAM AKU TERSUDUT.
KUHARAP BULAN MENYAPAKU.
TAPI DIA IKUT MENYUDUTKAN.

KEMANA AKU HARUS BERGERAK.
JIKA SUDAH KEGELAPAN MENGEPUNG.
DIMANAKAH ENGKAU WAHAI CAHAYA.
HADIRLAH WALAU HANYA SETITIK SINAR.

RESAH DAN SERAK.
SEMAKIN AKU MENGADU.
SEMAKIN AKU TERSIKSA.
INGIN KUTIKAM SAJA JANTUNGKU.
BIAR KUDAPATI MANA YANG BENAR DAN MANA YANG SALAH.

TAPI APAKAH ITU JALAN KELUAR?.
KUPIKIR IA.
TAPI TIDAK. ITU BUKAN JALAN YANG LURUS.
SEDANGKAN AKU RAGU DALAM KEBENGKOKAN.

WAHAI YANG KURASA JAUH.
TUNTUNLAH AKU PADA KEBUTAAN INI.
HADIRKAN DIRIKU PADA SETIAP LANGKAHMU.
DALAM KEGELAPANPUN AKU MENYEMBAHMU.
DAN KUHARAP BENAR ENGKAU ADALAH CAHAYA.
BIAR MUDAH, AKU TAHU DIRIMU PADA KEGELAPAN INI.

Kamis, 02 Juli 2015

Cerpen Coklat vs Hello Kitty



COKLAT  VS  HELLO KITTY





Hehehehe.

Aku tertawa dulu sebelum semua kalimatku berkumpul  menjadi sebuah paragraf.  Aku dengan gembiranya menertawakan diri sendiri. Ini mengenai kisah yang semua orang pasti pernah melewatinya. Sebuah kisah cinta yang lucu sekaligus tragis.

Aku sedang mengejar mati matian seorang gadis bernama Anggraeni. Dia teman sekelasku. Dan kami duduk didalam kelas ips. Aku sangat beruntung bisa sekelas dengan dia. Kau tahu dia adalah gadis tercantik dikelasku dan bagiku tiada lagi yang bisa mengalahkan kecantikannya di seluruh kelas disekolahku. Bagiku dia adalah seorang bidadari.

Dia memiliki rambut yang indah setara dengan rambut model-model shampo yang sering kusaksikan di Tv. Wajahnya tirus dan menawan. Hidungnya mancung dan imut. Dan satu hal yang membuatku betah untuk memandangnya tanpa berkedip selama mungkin adalah ketika ia tersenyum. Dua lesung pipinya yang mengait bibirnya yang seksi membuatku melayang layang. Aduh syahdunya.

Satu hari yang mendatangkan keajaiban sekaligus menjadi hari yang menyebalkan.

Aku dan Aldo berjanjian. Kami akan bertemu diMtos. Dengan modal 50 ribu. Aku akan berusaha mendapatkan cinta dari Anggraeni. Sebagai kawan dekatku.Aldo sudah tahu bahwa aku sangat mencintai Anggaraeni. Sekali kuajak, Aldo langsung mengerti.

“Tiga cara jitu mencuri hati seorang wanita.”

Kalimat itu terpampang diselembaran kertas yang kudapat dirak buku saudaraku. Isinya adalah tiga cara jitu mencuri hati seorang wanita.

Katanya.

“untuk kalian para pria pujangga. Yang sedang dimabuk cinta. Kalian pasti sangat berusaha untuk mendapatkan hati wanita yang kalian idam-idamkan. Maka buku ini bisa memberikan solusi terbaik. Ikuti 3 langkah berikut ini.”

1.       Curilah hatinya dengan memberikan sesuatu yang membuatnya senang.

2.       Beri wanita idaman anda perhatian. Dan buatlah dia selalu tersenyum.

3.       Jangan pernah membuatnya menangis dan merasa kecewa dengan Anda.

“inilah tiga cara jitu mencuri hati. Silahkan dicoba bos.”



Di Mtos.

Ku langsung melesat. Kesebuah supermarket yang berada dilantai satu. Aku mencari barisan boneka. Sesuai dengan petunjuk selembaran itu. Aku akan memberikan sebuah boneka yang lucu agar Anggraeni merasa senang.  Tapi hanya dengan bermodalkan 50 ribu. aku tak sedikitpun medapatkan boneka yang bisa dipeluk Anggaraeni. Aku kecewa.

Tak kehabisan akal.

Aku lalu mendapatkan ide dari masukan Aldo.  Seperti difilm-film percintaan. Seorang lelaki tampan datang menembak wanitanya dengan sebuah coklat yang dikalungi sebuah pita. Wanita itu tersenyum bahagia dan menerima cinta dari lelaki itu. Dan aku tidak ingin kalah.

Dengan modal 50 ribu aku berhasil mendapatkan satu batang coklat yang cukup besar. Tak lupa juga aku membeli pita berwarna merah. Sebagai sebuah lambang bahwa hatiku sedang memerah.

Esoknya semua telah kupersiapkan habis habisan. semalam aku sudah latihan semaksimal mungkin. Rencananya sehabis pulang sekolah aku akan memberikan coklat itu kepadanya sekaligus aku akan menyatakan cinta.

Dan waktu itu akhirnya tiba juga. Bel pulang sekolah berbunyi. Aku sudah melihat Anggraeni merapikan tasnya. Dan aku berjalan kearahnya. Aldo memperhatikanku dari jauh.

“Anggraeni aku ingin bicara dengan kamu. Bolehkah kita bicara sebentar” ucapku terbata-bata coklatku masih tersembunyi didalam tas. Aku tinggal menunggu waktu yang tepat untuk mengeluarkannya.

“ kamu mau bicara apa” ucapnya sambil memberikan senyumannya yang membuat jantungku berdetak sangat kencang.

“anu” kata itu kuulangi sebanyak empatkali. Aku terlalu gugup.

“anu apa?” anggaraeni mulai penasaran. Dan aku harus segera mengucapkannya. Dan ketika aku akan mengucapkannya. Tiba-tiba.

“aku mencintaimu Anggraeni. Dengan sepenuh hati. Dan kau sudah mengenalku sangat baik. Aku ingin menjadi pacar kamu”. Kalian pikir aku yang mengucapkan kata-kata itu. Bukan. Bukan aku yang mengucapkannya. Tapi yang mengucapkan itu. Yang menembak Anggaraeni adalah seorang lelaki tampan, kaya, cool dan menjadi idaman semua perempuan disekolahku. Dialah Caesar.

Siaran ulang.

Saat aku sudah akan mengucapkan”aku mencintaimu Anggaraeni”. Tiba tiba. Caesar datang lalu bersimpuh disamping Anggraeni sambil memberikan sebuah boneka Hello Kitty yang cukup besar. Mirip boneka yang ingin kubeli di Mtos kemarin. dan berucap seperti yang dia ucapkan diatas.

Kau tahu.  Anggraeni lalu tersenyum dengan lebarnya begitu dia tahu Caesar menembaknya.  lalu menyuruh Caesar untuk bangun. Tapi caesar berkata “aku tidak akan bangun Anggraeni untuk selamanya. Jikalau dikau tak menerima cintaku. Ambillah boneka ini sebagai sebuah tanda bahwa engkau menerima cintaku”. Anggaraeni lalu dengan senangnya meraih boneka itu. Yah dia menerima cinta Caesar. Dan teman-temanku yang lain bertepuk tangan. Dan mereka berdua berpegangan tangan dihadapanku lalu berjalan meninggalkanku.

Kalian pikir aku kecewa. Benar aku sangat kecewa”sakitnya tuh disini”

Dan coklat itu terpaksa aku bagikan keteman-teman yang lain dengan alasan hari persahabatan. Dan aku pulang kerumah dengan hati yang teriris iris. Satu hal yang menjadi sebuah catatan.

Selembaran tentang tiga cara jitu mencuri hati seorang wanita harus direvisi. Menjadi empat cara mencuri hati seorang wanita. Dengan tambahan.

1.       Sebelum kau ingin menembak seorang wanita. Ketauhi dulu adakah lelaki yang menjadi sainganmu. Atau.

2.       Tembaklah dia ditempat yang sepi.