Sabtu, 17 Januari 2015

Dia Ada. Omong Kosong.





Puisi
Dia Ada. Omong kosong.

*M’R*


Tidak, Bukan Dia.
Dia tidak lah Dia.
Dia tak pernah Dia.


 Aku adalah  Aku.
Aku bukanlah Mereka.

Tapi
Adakah Dia Ada.
Dan Adakah Ada mengada

jadi dimanakah kemana.
lalu apa menjadi bagaimana.

tidak untuk siapa.
tapi siapakah siapa.?

Lalu Adakah Tanya ditanya.
pasti tak jawab.
 Sebab Jawab akibat Tanya.

Sudahlah.
membingungkan. omong kosong.
karena omong kosong adalah Dia.
Dan Bingung adalah aku.






Kamis, 15 Januari 2015

Pesan Bapak Kepada Anaknya




PUISI
PESAN BAPAK KEPADA ANAKNYA.
*M’R*

Pantat kau masih biru.
dan kau sudah berkata.
cita-citaku ingin menjadi seorang polisi.

anakku.

lihat dirmu.

Badanmu kurus.
dan kau tak bisa mengapung diatas Air.
bisa-bisa kau hanya akan menjadi bulan-bulanan para pencopet.
dan kaupun bisa menjadi pencopet dari pencopet.

Kau belum juga bisa berdiri.
dan
kau dengan gagap berkata.
aku ingin menjadi seorang serdadu.

anakku.
lihat dirimu
kau tak Gagah dan kau terlalu mengasihani.
perintah datang, kau kokang senjata. Dan kau Membabi buta.
tidak bisa kau lakukan itu.
bukan itu yang bapak mau

Gigi kau baru saja tanggal.
dan kau sudah berucap.
cita-citaku ingin menjadi politikus.

Anakku.
Hatimu itu terlalu bersih.
Kau selalu berkata jujur.

dan kau akan babak belur dengan para pembohong.

jika kau ingin menjadi itu maka belajarlah dari seorang pencuri.

Kau kerjakan pr dari gurumu.
tiba-tiba kau berkata
aku ingin menjadi seorang guru.

Celaka.
anakku.
kau teralu cerdas untuk menjadi seorang guru.
labih baik kau jadi seorang pengemis saja.
hidupnya lebih layak dari pada gurumu itu.

lalu kau bertanya.
aku harus jadi apa bapak.

Anakku jadilah seperti bapak.
tak punya pekerjaan.
pengangguran sejati dinegeri yang kaya raya.
tapi setidaknya bapak lebih mulia dari mereka.




PUISI NEGERI PARA KAUM BEDEBAH. BUKAN INDONESIA



PUISI.
NEGERI PARA KAUM BEDEBAH. BUKAN INDONESIA.

*M’R*.

Negeriku yang usang.
Jaring laba-laba berkelambu disudut pengadilan.
Dan para politkus bertopeng
berbicara diruang sidang.
dan Paripurna sudah menjadi Kandang kambing.

Apatah lagi. Ah.
Negeri para kaum bedebah.
Semuanya hanya Sampah.
kekacauan aaaah. sudah Bertambah-tambah.
menjadi duri didalam tubuh garuda yang sakit parah.
dan Sayapnya yang gagah.
sudah lama patah.
Pancasila hanya sekedar Sumpah.
Dan hukum tak lagi memandang yang salah.
Yang Kaya berpoyah-Poyah.
dan Simiskin hanya bisa pasrah.

Dimanakah Negeri Kita.?
Negeri yang harum namanya itu.
Negeri para kaum Bedebah. Bukan Indonesia.
Tapi itu hanya negeri syaitan yang berakar didalam negeri para malaikat.
Masih Ragu. Kuyakin masih ada kaum yang bermata jernih.
Siap melawan para kaum bedebah yang sedang tertawa.

Aku dan Kamu
dan dia.
dan Kita
dan mereka.
dan semuanya.
kitalah para malaikat itu.
Sipenerus bangsa.
Tongkat pemukul syaitan.
sudah ada ditangan kita.